Implementasi Kepemimpinan Asta Brata dalam Sistem Pendidikan: Seminar Hasil Penelitian I Gusti Putu Tirtayasa

I Gusti Putu Tirtayasa memaparkan temuan risetnya berjudul “Implementasi Kepemimpinan Asta Brata dalam Sistem Pendidikan (Studi Kasus Pendidikan Kepemimpinan di SMA Taruna Mandara).”

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp

Denpasar — Ruang Ujian Program S3 Ilmu Agama Pascasarjana Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar menjadi pusat perhatian pada Selasa 17 Juni 2025, kawanku, ketika I Gusti Putu Tirtayasa memaparkan temuan risetnya berjudul “Implementasi Kepemimpinan Asta Brata dalam Sistem Pendidikan (Studi Kasus Pendidikan Kepemimpinan di SMA Taruna Mandara).”

Dalam pemaparan berdurasi 15 menit, peneliti menjelaskan apa yang dikaji—yakni penerapan delapan laku kepemimpinan Asta Brata (berbasis falsafah Hindu) dalam kurikulum pembentukan karakter siswa. Ia menyoroti mengapa filosofi ini dinilai relevan untuk menjawab kebutuhan kepemimpinan abad ke‑21 di sekolah berasrama tersebut.

Sesi tanya jawab bagaimana penelitian diuji berlangsung interaktif; dewan penguji menggali validitas metodologi kualitatif, efektivitas program kepemimpinan di lapangan, serta sejauh mana nilai surya, candra, dan enam brata lainnya diinternalisasikan siswa. Tirtayasa menanggapi setiap pertanyaan dengan data observasi dan kutipan wawancara, bak pemain catur yang sudah menyiapkan langkah matang.

Deretan siapa sosok penguji terdiri atas tujuh akademisi senior: Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si; Dr. I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag., M.Fil.H; Prof. Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag; Dr. Drs. I Nyoman Ananda, M.Ag; Prof. Dr. I Nyoman Yoga Segara, S.Ag., M.Hum; Dr. I Gede Sutarya, SST.Par., M.Ag; dan Dr. I Gusti Made Widya Sena, S.Ag., M.Fil.H. Kolaborasi kritik konstruktif mereka memoles penelitian menuju disertasi akhir.

Hasil sementara sidang menilai riset ini potensial untuk apa? Membuka paradigma baru pengembangan kepemimpinan pelajar berbasis kearifan lokal, sekaligus memperkaya literatur pendidikan karakter di Indonesia—sehingga Asta Brata tidak berhenti sebagai teks, tetapi hidup di ruang kelas.

Semoga capaian seminar hasil ini menjadi pijakan kokoh bagi Tirtayasa merampungkan disertasinya dengan gemilang, serta menginspirasi lembaga pendidikan lain untuk membumikan nilai kepemimpinan Nusantara secara adaptif dan berkelanjutan.
(tupasca)

Berita Terbaru

Pengumuman