Denpasar, 17 Juni 2025 — Ruang Ujian Program S‑2 Brahma Widya Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar dipenuhi atmosfer akademik pagi ini, kawanku. I Gede Yuthayasa menampilkan hasil risetnya bertajuk “Panca Genta dalam Ageman Sulinggih Bhujangga Waisnawa di Griya Bhuwana Dharma Shanti, Kelurahan Sesetan, Denpasar (Kajian Teologi Hindu).”
Dalam presentasi singkat 15 menit, Yuthayasa menjelaskan apa yang diteliti: lima lonceng sakral (panca genta) yang melekat pada busana ritual sulinggih Bhujangga Waisnawa. Ia mengurai mengapa tiap lonceng melambangkan elemen kosmik—bumi, air, api, angin, dan ether—serta bagaimana simbol ini menegaskan kesatuan mikrokosmos dan makrokosmos dalam liturgi Hindu.
Sesi tanya jawab berjalan dinamis. Para penguji menyorot metodologi fenomenologi agama, validitas sumber lontar, hingga kontekstualisasi panca genta di era modern. Yuthayasa menangkis setiap kritik dengan data lapangan dan tafsir teks suci, memperlihatkan penguasaan teori dan praktik ritual.
Dewan penguji terdiri dari Prof. Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag; Dr. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos., M.Si; Dr. I Gusti Made Widya Sena, S.Ag., M.Fil.H; serta Dr. I Made Adi Surya Pradnya, S.Ag., M.Fil.H. Keempatnya memberi masukan agar kajian diperluas dengan perbandingan ikonografi Waisnawa lintas daerah Bali.
Seminar ini menegaskan relevansi teologi Hindu dalam memahami artefak liturgi sekaligus menjaga kearifan lokal di tengah arus globalisasi. Riset Yuthayasa dianggap membuka jalan bagi studi simbolik Hindu yang lebih aplikatif di garda pendidikan teologi.
Semoga langkah ilmiah I Gede Yuthayasa lancar menuju sidang tesis penuh, membawa manfaat bagi umat serta memperkaya khazanah akademik Brahma Widya.
(tupasca)