Selasa, 29 Juni 2021 Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar menggelar Ujian Terbuka atas nama I Made Andy Astina. Sidang diketuai oleh Prof. Dr. Dra. Relin D.E,M.Ag, sebagai Promotor adalah Prof. Dr. I Made Suastika, S.U, dan sebagai Kopromotor, Prof. Dr. Drs. I Ketut Sumadi, M.Par. Kemudian para Dewan Penguji adalah Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana,M.Si., Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si., Prof. Dr. Drs. I Made Surada, M.A., Dr. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par., Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag., Dr. Drs. I Made Girinata, M.Ag.
Saudara I Made Andy Astina berhasil mempertahankan Disertasinya yang berjudul TEOLOGI HINDU PADA SUBAK JATILUWIH SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA di hadapan Dewan Penguji dan menjadi Doktor Ilmu Agama ke 93 Pascasarjana UHN IGB Sugriwa Denpasar dengan predikat Sangat Memuaskan.
Dalam Disertasinya I Made Andy Astina menyatakan UNESCO menetapkan kawasan subak Jatiluwih sebagai warisan budaya dan dianggap memiliki nilai yang luar biasa, baik itu nilai yang nyata maupun nilai yang tidak nyata, antara lain : sebagai penghasil pangan, sebagai habitat keanekaragaman hayati, konservasi sumber daya alam dan budaya, konservasi air dan tanah, sebagai sebuah menegemen ekosistem.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa permasalahan yang dikaji dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu :
1)Bagaimanakah dinamika Subak Jatiluwih sebagai Organisasi tradisional?
2) Bagaimana aktivitas Subak Jatiluwih untuk menciptakan pertanian berkelanjutan?
3) Apakah implikasi Teologi Hindu terhadap Subak Jatiluwih untuk menciptakan pertanian berkelanjutan?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, untuk permasalahan-permasalahan pada penelitian ini dipecahkan dengan beberapa teori yang relevan seperti teori Perubahan Sosial, teori Religi, teori Interaksionalisme Simbolik dan teori Ecosentris
Dari hasil penelitian diketahui organisasi subak memiliki dinamiknya sendiri, meliputi Subak gius, subak Jatiluwih sebagai sistem budaya dan teknologi, nilai-nilai kearifan lokal pada subak Jatiluwih, Perebutan ruang, aktivitas ritual subak memanusiakan alam pertanian, penerapan pertanian organik di subak Jatiluwih, ritus pelestarian lingkungan disetiap aktivitas subak Jatiluwih, kosmologi Hindu dalam subak Jatiluwih, pemujaan terhadap dewi danuh , pelestarian parahyangan subak jatiluwih, penerapan ekofeminimisme dalam subak Jatiluwih. Implikasi penerapan Teo Ekologi Hindu terhadap kearifan subak Jatiluwih dalam mempertahankan pertanian berkelanjutan berimplikasi pada, kawasan subak Jatiluwih adalah kawasan suci, Implementasi Tri Hita Karana semakin meningkat, intensifikasi pertanian, subak Jatiluwih sebagai penghasil padi Bali, desa Jatiluwih sebagai daya tarik wisata,
Temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertama, UNESCO merupakan faktor eksternal perubahan Sosial di jatiluwih.
Kedua, Perubahan peruntukan lahan sawah dilakukan melalui Aci atau upacara nuntun bhatari sri.
Ketiga, aktivitas ritual krama Subak mengandung simbol-simbol disetiap pelaksanaanya.
Adapun simpulan penelitian ini yaitu :
(1) Dinamika subak Jatiluwih dengan segala hambatan dan tantangannya tidak bisa dihindari sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh perubagan sosial.
(2) subak Jatiluwih dalam mempertahankan pertanian yang berkelanjutan dilakukan dengan mengimplementasikan Teologi Hindu dalam setiap aktivitasnya.
(3) Implikasi Teo Ekologi Hindu terhadap kearifan subak Jatiluwih dalam mempertankan pertanian berkelanjutan menjadikan subak Jatiluwih kawasan adalah kawasan suci, implementasi Tri Hita Karana semakin meningkat, intensifikasi pangan subak Jatiluwih, menjadikan subak Jatiluwih sebagai penghasil padi Bali, dan menjadikan Jatiluwih sebagai daya tarik wisata.