(SinarBulanNews.com), Webinar dari dan Bagi Mahasiswa atau WISWA kembali dilaksanakan Program Pascasarjana Dharma Acarya, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa untuk yang ketiga kalinya. WISWA#3 yang dilaksanakan secara daring ini dibuka langsung oleh Rektor Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana., M.Si di dampingi Direktur Pascasarjana Prof. Dr. Dra. Relin DE., M.Ag sekaligus sebagai keynote speaker, Jumat 22/04/2022.
Acara yang mengambil tema “Etnopedagogi dalam Bingkai Moderasi Beragama di Bali” diselenggarakan secara daring dengan narasumber Dr. Kadek Aria Prima Dewi PF., S.Ag., M.Pd. selaku dosen homebase Dharma Acarya dan Dr. Putu Sabda Jayendra, S.Pd.H., M.Pd.H. selaku dosen di Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional.
WISWA ini diselenggarkan dengan tujuan agar mahasiswa pascasarjana selalu aktif dalam keterlibatan akademik seperti halnya mengikut sertakan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi agar menjadi lulusan yang berkompeten dibidangnya. Ditegaskan juga WISWA ini diselenggarakan untuk meningkatkan akreditasi prodi menjadi lebih baik serta kuat keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar agar lebih dikenal dunia dengan masuk ke dalam jajaran universitas kelas dunia atau yang dikenal dengan World Class University (WCU). Tujuan program WCU ini adalah mendorong agar perguruan tinggi di Indonesia untuk meningkatkan reputasi akademik di tingkat internasional ujar Prof. Dr. Dra. Relin DE., M.Ag. selaku Direktur.
“Kelak setalah selesai menempuh pendidikan di kampus dan terjun ke masyarakat, besar harapan ibu untuk tetap menjaga bahkan menebarkan nilai-nilai adiluhung yang ada dalam kearifan lokal dan jika bisa digabungkan dengan teknologi yang berkembang di era 4.0 ini, yang penting jangan tinggalkan jati diri kita, siapa kita dan dari mana kita”, ungkap Prof Relin disela-sela acara.
Dr. I Made Arsa Wiguna., SSt.Par., M.Pd.H.selaku Sekretaris Prodi Magister Dharma Acarya, menambahkan di mana WISWA ini dirancang setiap bulan yang mana telah dimulai sejak bulan Febuari, Maret dan sekarang yang ke-3 pada bulan April. Tema dalam setiap acarapun berbeda-beda, menggambil topik atau isu-isu yang belakangan ini mejadi sorotan publik sehingga menjadi stimulus mahasiswa untuk membedah masalah dan menemukan jalan keluarnya.
“Etnopedagogi dalam Bingkai Moderasi Beragama di Bali menjadi penting untuk di’dialektika’kan karena telah menjadi isu garis merah dewasa ini mengingat perubahan dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 yang mana kehidupan manusia kini sudah berbasis informasi (teknologi)”, ungkap Dr Arsa Wiguna.
Arsa Wiguna menjelaskan perubahan saat ini seperti dua mata pisau yang mana teknologi bisa saja membuat manusia menjadi lebih baik atau malah sebaliknya tergerus ke arah negatif. Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal (local knowladge, local wisdom) sama halnya seperti sebuah ganjalan ban mobil, yang mana setidaknya ganjalan ban berfungsi agar mobil tidak merosot turun di tanjakan akan tetapi tetap terjaga pada jalurnya. Serupa juga dengan pendekatan etnopedagogi bertujuan agar masyarakat atau mahasiswa Pascasarjana khususnya tidak mengalami penurunan moral, namun menghasilkan generasi yang bisa “segalak segilik segaluk salunglung sabayantaka”. Dr Arsa Wiguna mengungkapkan alasan pengambilan tema tersebut adalah untuk menempatkan diri kita saat moderasi yang berarti menempatkan diri di tengah tidak ekstrim kiri ataupun kanan karena pada nyatanya ekstrim itu masih terjadi di Bali, sehingga tema ini menjadi oase yang yang sejuk di balik panasnya konflik intoleran saat ini.
Suksesnya WISWA#3 ini tidak lepas dari andil seluruh civitas akademik Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar yang bisa dilihat dari banyaknya peserta yang ikut aktif bergabung dalam diskusi tersebut. I Wayan Saputra, S.Pd. sebagai ketua panitia menjelaskan jumlah peserta dari WISWA pertama hingga saat ini mengalami peningkatan yang artinya mulai tumbuhnya kesadaran dalam mahasiswa, guru Agama Hindu atau masyarakat luas dalam meningkatkan sensitifitas terhadap masalah-masalah dan menemukan pemecahannya yang terjadi di masyarakat. (Kmh)